Selasa, Juni 19, 2012

Seharusnya pagi ini akan menjadi hari yang mendebarkan sekaligus exciting buat saya. Mendapat undangan seleksi lanjutan pada sebuah program bergengsi, sama sekali gak pernah saya duga sebelumnya. Bisa menjadi bagian dari 150 anak yang terpilih dari 1500an pelamar, adalah suatu hal yang mengejutkan!
Seperti mimpi rasanya...

Tapi rupanya mimpi saya memang tinggal mimpi. Ada hal lain yang jauh lebih berkuasa atas mimpi itu selain doa dan ikhtiar saya.  Restu orangtua.
Ya, takdir Allah lah yang akhirnya menentukan segala usaha. Melalui restu orangtua yang tidak saya dapatkan, Allah sepertinya sedang mengarahkan jalan hidup saya. Saya sadar betul, restu ayah dan ibu adalah restu Allah juga.

Meski sempat mengurai sedikit air mata (~sekedar melepas perih), disaat yang sama kawan saya berkata, "menangis saja, tak apa. Ini mungkin memang boleh kau tangisi. Tapi tak perlu terlalu sedih, karena mungkin setelah ini sebenarnya sedang Allah siapkan rencana yang lebih indah untuk hidupmu." Sambil bercanda Ia menenangkan lagi, "siapa tahu memang tidak dilamar pekerjaan, karena mau dilamar orang!"
Meledak tawa saya seketika, "aamiin....!", dalam hati. ^^

Ya, banyak jalan menuju Roma, banyak cara menuai pahala.
saya ikhlas dengan semua yang menjadi keputusanNya.
saya hanya perlu menjadi sebaik-baiknya pribadi, demi ridho Illahi...

lâ haulâ walâ quwwata illâ billâh...
tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah...


Bagi manusia, ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya, di depan dan di belakangnya, mereka menjaganya dengan perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan bagi suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya, dan sekali-sekali tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (Q.S. Ar Ra'd : 11)


Minggu, Juni 17, 2012

" bagaimana aku bisa mencinta jika aku takut terjatuh di dalamnya?
tapi itu dulu....hingga beberapa saat lalu.
kini, aku belajar untuk lebih berani,
terjatuh lagi.

Tapi apa mungkin aku yang salah?
terlalu mudah jatuh,
hingga lupa bagaiman cara tuk berdiri... "




"Falling Into You"

And in your eyes I see ribbons of color
I see us inside of each other
I feel my unconscious merge with yours
And I hear a voice say, "What's his is hers"

I'm falling into you
This dream could come true
And it feels so good falling into you

I was afraid to let you in here
Now I have learned love can't be made in fear
The walls begin to tumble down
And I can't even see the ground

I'm falling into you
This dream could come true
And it feels so good falling into you

Falling like a leaf, falling like a star
Finding a belief, falling where you are

Catch me, don't let me drop!
Love me, don't ever stop!

So close your eyes and let me kiss you
And while you sleep I will miss you

I'm falling into you
This dream could come true
And it feels so good falling into you

Falling like a leaf, falling like a star
Finding a belief, falling where you are

Falling into you
Falling into you
Falling into you

Jumat, Juni 15, 2012


Malam tadi, dalam perjalanan pulang ke kost, di simpang traffict light aku lihat sekumpulan anak jalanan sedang bercengkrama. Seorang anak kecil (mungkin usianya sekitar 7 atau 8 tahunan) bersama dengan beberapa orang dewasa. Sambil menunggu lampu hijau menyala, lama aku pandangi mereka, terlebih pada bocah itu.
Kuperhatikan bagaimana dia bercanda..., sikapnya..., ia memaki, berteriak, memukul, sebagaimana juga menggambarkan beginilah kerasnya hidup mereka.
Aku jadi penasaran, seperti apa keadaan keluarganya ya...?

Pemandangan malam tadi tiba-tiba melesatkan ingatanku pada sosok Linda dan Bayu.
Dua kakak beradik yatim piatu yang kini berada dalam asuhan sepupuku.
Jangan buru-buru membayangkan mereka anak yatim piatu dari panti asuhan seperti dalam sinetron kita. Mereka tidak penakut, mereka bukan pendiam, tidak pula malu-malu.
Ya, Linda dan Bayu adalah anak yang tumbuh dari kerasnya kehidupan jalanan.

Cinta...!
Mungkin inilah yang hilang dari mereka. Ketiadaan ayah dan bunda membuat mereka tak terlalu mengenal kasih sayang. Keras kehidupan mereka menjadikannya tak mengerti tata krama.

Hari pertama mereka menjadi bagian dari keluarga, kesan yang tertangkap, "liar!"
Berteriak, itu jadi pemandangan biasa di rumah kami,
Merajuk, pun jadi hal yang harus kami maklumi.

Namun di balik keterkejutan kami akan sikap mereka, membawa kami jadi lebih tahu bagaimana jalanan mengkonstruksi kehidupannya. Pasti sangat sulit menjadi seperti Linda dan Bayu, batinku.
Bagaimana si kakak, Linda, di saat ia seharusnya merasakan serunya menjadi siswa sekolah menengah, justru malah harus bekerja sebagai pembantu rumah tangga tanpa diupah. Dan si kecil Bayu, harus ikut-ikutan berkeliaran di jalanan.

Kini, hampir setengah tahun mereka hidup bersama kami.
Setiap kali aku datang menjenguk, selalu Linda yang pertama kali menyambut.
Mencium punggung tanganku, lalu menggandengku sambil bertanya manja, "mbak bawa oleh-oleh apa?", serasa punya seorang adik kecil saja,, :)
Seperti ada angin segar yang masuk dalam dada, bahagia.

Linda dan Bayu yang suka marah-marah, kini sudah mulai pintar mengaji.
Linda dan Bayu yang selalu berteriak-teriak, kini mulai bisa membaca dan menulis.
Linda dan Bayu yang liar itu, kini mulai mengerti bersopan santun.

Semoga ada lebih banyak Linda dan Bayu lainnya yang mendapat perhatian, karena setiap anak punya hak yang sama untuk merasakan rasa cinta keluarga... :)

Sabtu, Juni 09, 2012


http://www.flickr.com/photos/raynaldk/6828836698/sizes/z/in/photostream/
lama gak ngerasain hawa yang kayak gini,
malam...dingin...dan hujan!
damai sekali.

suasana yang pas saat raga ingin melepas lelah
lampu yang temaram...selimut tebal...dan sapaan selamat malam.

semoga esok jadi hari yang lebih hebat,
otsukare sama....




Jumat, Juni 01, 2012

sumber foto: www.soulcande.com
 Siapa masih ingat urutan evolusi manusia? Yups, mulai dari Phitecantropus Erectus (yang katanya mbah Darwin ini jenis manusia paling purba yang nenek moyangnya adalah Kera - meski saya juga g percaya!) sampai jenis manusia yang bisa dibilang sudah sempurna, si manusia modern, Homo Sapien. Tapi, apa benar jenis homo ini adalah jenis terakhir yang diketemukan?

Jawabannya, BUKAN! Ada jenis manusia “terbaru” yang ditemukan. Homo Semioticus. Penasaran jenis manusia seperti apakah ini? Tenang…tenang, jangan resah dan gelisah dulu. Jenis ini tidak ditandai dengan ciri fisik yang aneh-aneh kayak jenis manusia purba yang pernah ditemui sebelumnya kok, so…jangan khawatir. Trus, manusia macam apa yang termasuk keturunan Homo Semioticus?

Sejauh ini yang sudah terdeteksi sebagai Homo semioticus adalah para wasit sepak bola, termasuk juga para pemain bolanya dan para penggemarnya (*hayoooo…hehehe). Belakangan jenis Homo Semioticus ternyata juga bisa ditandai pada orang yang peragu, pemalu, atau perayu, lho… Kok bisa? Nih....coba di cek ciri-ciri Homo Semioticus di bawah ini,
• suka ngelempar koin buat nentuin siapa yang duluan main,
• suka menghitung kancing baju sebelum menjawab soal multiple choice,
• hobi metikin helai-helai bunga sebelum nyatain cinta (*diterima… enggak.. diterima … enggak diterima…???...),
• doyan ngasi bunga ke ceweknya kalo mau minta maaf,
• atau kamu senang menggunakan ‘simbol-simbol’ lainnya untuk mengungkapkan sesuatu.

Nah, apakah kamu termasuk orang-orang yang punya kebiasaan seperti di atas? Kalo iya, selamat! Anda terdeteksi sebagai jenis manusia terbaru, Homo Semoiticus. Tapi kalo bukan, hmmm…silahkan menunggu temuan jenis manusia terbaru berikutnya!hehehe…

Inspired by: para Empu Semiotika