Selasa, September 10, 2013

huuuaaaaaaaaaaaaaahhhh........apa kabar lamanku ini ya?
lama banget gak pernah dikunjungi,,heheheheh.

well, aku punya cerita baru.
uuummm...sebenernya sih sekedar mbatin sendiri aja, tetiba jadi punya interpretasi (mungkin ini ngelantur,,namanya juga interpretif) tentang hal yang selama ini sempet jadi pikiran.

Jadi gini, berawal dari sebuah rasa penasaran.
Inget pernah ada sebuah tes psikologi dimana isinya pertanyaan-pertanyaan yang (kayaknya) punya tujuan buat menggali seberapa jujur kita. Naaahh...untuk yang awam (seperti saya) mungkin akan dengan polosnya mengisi tingkat kejujuran kita dalam kehidupan sehari-hari.

Tapi jadi inget pernah baca satu artikel tentang psikotes, yang katanya, "orang yang terlalu jujur itu kurang bagus didunia kerja".
Lho.....?? kenapa gitu ya? bukannya kejujuran itu penting?

jreng...jreeeeeng.....
Tapi (sepertinya) sekarang aku mulai ngerti apa alasannya setelah kecemplung di dunia kerja.
Meski komunikasi antar teman sekerja bahkan antar staff dan atasan itu penting, ternyata gak semua hal itu perlu disampaikan saat itu juga. Dan ternyata (lagi) cara menyampaikan informasi, keluhan, laporan, dsb juga butuh teknik tersendiri.

Pertama, lihat sikon saat info itu akan disampaikan.
Butuh banget tuh yang namanya membaca situasi apalagi informasi yang akan kita sampaikan itu berupa masalah-masalah. Salah sikon bisa-bisa bukannya solusi yang didapat tapi justru memperkeruh masalahnya.

Kedua, memilih bahasa yang pas dalam penyampaian informasi.
Setelah tau kapan sikon yang tepat, dalam menyampaikan informasi juga perlu menggunakan bahasa yang "positif". Maksudnya, pilihan kata yang kita gunakan seenggaknya bisa memberi feedback yang baik (sesuai yang kita harapkan). Misalnya, info yang kita sampaikan itu tidak membuat kita terlihat "stupid" hanya karena pilihan kata yang salah.

Terakhir, kembali ke topik "jujur" di dunia kerja, gak semua yang kamu tau harus kamu sampaikan.
Naaaaaaaaaahhhhhh....ini nih yang aku pelajari. Jangan sampai "jujur"nya kita ini malah jadi bumerang yang bisa bikin kita tiba-tiba jadi "tersangka" atas masalah yang (mungkin saja) gak seluruhnya tanggungjawab kita. Atau lebih parah lagi kalau "jujur"nya kita bikin orang lain menderita, dan sebaliknya (itu apes namanya)

Jadi, berhati-hatilah.
Uuummm...istilahnya mawas diri deh, karena mulutmu harimaumu!

*ternyata ilmu komunikasi itu luas  (^_^)