Rabu, Mei 09, 2012


sumber: seangallo.com
Saya diberi pertanyaan, "bagaimana cara menghabiskan seekor gajah sendirian?"
saya mulai berpikir; akan saya sembelih dulu, lalu dipotong menjadi bagian-bagian kecil, lalu masukkan ke kulkas biar awet, jika datang rasa bosan karena terlalu sering memakannya tinggal diolah jadi sate gajah, tongseng gajah, kari gajah, atau...gajah gepuk!hehehehe.
(imajinasi saya... ^^)

5 menit saya dan kawan-kawan diberi waktu untuk berpikir dan mengemukakan jawaban. Kemudian sang penanya memberi bocoran mengapa kami diberi pertanyaan aneh macam itu.

Rupanya, sang psikolog ini ingin kami memiliki pemikiran yang sama ketika kami tengah menghadapi sebuah persoalan, beliau menyebutnya Swiss Cheese Approach.
Ya, beliau tidak mengajarkan kami melahap mentah-mentah sebuah masalah besar, namun membaginya menjadi bagian-bagian kecil sesuai prioritas. Lalu mulailah pecahkan satu-persatu.

Ini adalah sekelumit materi training tentang Self Management yang saya ikuti.
Memanajeri diri sendiri ternyata tidak lebih mudah dari mengatur orang lain. Dibutuhkan kedisiplinan tinggi untuk bisa patuh pada peraturan yang kita buat sendiri. Sebab tidak ada pengawasan orang lain.

Ilmu yang bisa dipetik dari contoh kasus di atas, hal yang berat akan menjadi ringan apabila kita menyelesaikannya sedikit demi sedikit secara konsisten. begitupun masalah yang kecil seketika bisa menjadi besar apabila kita selalu menundanya hingga terjepit dibatas waktu.
Dan lagi-lagi, kemampuan untuk mengoptimalkan multitasking dalam diri kita kembali dibutuhkan. 


Dalam menerapkan self management, ada beberapa tips yang bisa diikuti:

1. mulailah dengan membiasakan diri untuk membuat jadwal kegiatan harian. Dan tentu saja, patuhi jadwal tersebut. Do what you write, and write what you do!

2. Review setiap rencana yang sudah dituliskan. Mana yang perlu ada penyesuaian atau ada yang belum dikerjakan.
  
3. Improvement. Jika terjadi sesuatu yang mendesak (diluar rencana), fleksibellah untuk melakukan improvisasi. Tapi ingat, fokuslah pada skala prioritas!

Hal menarik lain yang harus diingat saat dihadapkan dengan sebuah masalah:  

- See the bigger picture. Lakukan pengamatan secara menyeluruh dan analisa terhadap sebuah permasalahan.

- Perhatikan SOP. Setiap masalah selalu ada jalan keluarnya. Perhatikan jalan-jalan mana saja yang bisa ditempuh untuk sampai kepada solusi.

- Relax. Meskipun masalah itu sulit, tak perlu juga harus ditanggapi dengan pikiran ruwet. Menghadapinya dengan santai sudah merupakan solusi awal untuk tidak menjadikan diri kita sebagai penambah masalah.

- Work Smart! Dimanapun, kreativitas itu ternyata dibutuhkan. Termasuk dalam memecahkan sebuah masalah.


(* Hasil materi Self Management Training, bersama Rudi Widiyanto,Psi. )

Rabu, Mei 02, 2012

Berawal dari pengalaman saya sewaktu masih duduk dibangku sekolah, saya pernah mengalami bagaimana rasanya sebuah kesenjangan pendidikan. Sebagai seorang siswa sekolah dasar pindahan dari Bali, dengan kualitas pendidikan yang baik, ke sebuah daerah kecil di ujung timur Nusa Tenggara Barat, di mana bahasa pengantar mengajar saja masih menggunakan bahasa daerah.

Di Bima, daerah tempat saya akhirnya belajar, saya mengalami bagaimana minimnya fasilitas pendidikan di sana. Bahan-bahan ajar yang terbatas, hingga kondisi ruang belajar yang tidak nyaman. Saya pun pernah mengalaminya. Bagaimana belajar dalam ruang kelas yang gelap, dengan langit-langit ruangan yang bocor dan rusak, dinding kelas yang langsung bergetar saat seorang dari kami bersandar, hingga pengalaman bagaimana salah satu ruang belajar kami ambruk karena atap yang sudah rapuh dimakan usia.

Sebanyak itu pengalaman yang saya kumpulkan tentang kondisi belajar di daerah saya. Meski ingin rasanya saya katakan bahwa kualitas pengajar di tempat kami jauh dari keterbatasan, namun sayangnya hal ini pun menjadi masalah yang nyatanya tak mudah dipecahkan. Seingat saya, kala itu tidak banyak pengajar yang serius mendedikasikan dirinya untuk ilmu. Saya sama sekali tidak ingin menghakimi siapapun, termasuk pendidik-pendidik yang selama ini sudah berjasa atas isi kepala saya. Namun saya juga tak mampu berbohong jika ada rasa sedih saat menemukan ada pendidik yang seakan mengajar kami sekedar untuk melunasi kewajiban mengajar sesuai jam yang ditetapkan. Atau mereka yang seringkali meminta kami hanya mencatat sepanjang jam pelajaran, yang materinya jelas-jelas ada di buku teks yang kami miliki.

Saya sadar, itu juga bagian dari ilmu. Tapi bukankah waktu belajar yang singkat di sekolah akan jauh lebih bermakna jika diisi dengan proses transfer ilmu yang maksimal juga? Yang belum tentu bisa kami perolah hanya dengan menbaca buku teks pelajaran? Bukankah disitulah pentingnya peran sebagai pendidik? Ya, mungkin ini terdengar seperti sebuah curahan hati. Tapi ini nyata.

Masih membekas dalam hati ini, bagaimana guru saya memberikan selembar kertas berisi jawaban soal-soal ujian nasional pada kawan-kawan sekelas, termasuk saya. Saat itu pula saya merasa perjuangan belajar selama ini seperti sia-sia. Kompetisi keilmuan itu seketika berubah bak belajar kelompok, atau mencontek massal tepatnya. Sakit hati, tentu saja.

Saya pikir, ini hanya masalah percaya diri. Kekurangseriusan mereka dalam mendidik membawa sebuah kekhawatiran akan nilai ujian akhir kami. Barangkali benar jika sarana penunjang pendidikan di sekolah saya tidak sebaik sekolah-sekolah di perkotaan. Namun saya yakin, semangat belajar kami pasti sama. Tinggal bagaimana para pendidik bersedia mencurahkan seluruh kemampuan, keilmuan, dan semangat untuk mendedikasikan diri sebaik-baiknya.

Saya ingin bercermin pada sebagian guru-guru saya saat SMA yang dengan sepenuh hati bertekad memandaikan kami. Tanpa kenal lelah, tanpa pamrih. Mengajar dengan senang hati. Dan entah ini kebetulah atau memang sebuah keniscayaan, sebagian besar mereka adalah guru-guru yang datang dari pulau Jawa. Guru yang terdidik dari pengalaman belajar khas daerah dengan mutu yang jauh lebih baik. Meski tidak salah, kota besar memang mampu membuka wawasan seseorang menjadi semakin luas. Namun saya yakin, ini bukan semata masalah dimana mereka dulu mengenyam pendidikan, ini tentang kemauan mendedikasikan diri untuk ilmu. Semua orang pasti bisa.

Dengan adanya pengajar yang sepenuh hati mendidik, saya yakin akan ada banyak siswa yang sepenuh hati belajar. Setiap hari memupuk cita-cita. Sekuat tenaga pula menggapainya.
Pengalaman-pengalaman itulah yang membuat saya menanam sebuah harapan untuk bisa membuat anak-anak di daerah ini kembali percaya diri dan berani bermimpi. Bahwa mereka pun bisa dan layak mendapatkan pendidikan dengan kualitas yang tidak kalah dengan siswa-siswi di perkotaan.

Selasa, Mei 01, 2012


Sambil ngerjain rajutan di kamar, sayup-sayup aku denger temen sebelah kamarku nyanyi dari kamar mandi.

"...you, put a smile in my face,
you, give color in my life,
you are my rainbow,
you are my rainbow,
you are my rainbow..."
 
lagunya bagus, pikirku.

Nggak berapa lama, temanku yang lain yang sedari tadi duduk di sebelahku juga ikut nyanyi, lagu yang sama.
akhirnya aku jadi penasaran, sebenernya ini lagu siapa sih?
Dengan santai temenku ini jawab, "itu lagu ciptaannya, lagu dia buat pacarnya"

" Haaahhh...???
serius tuh? ", aku kaget,,
Awalnya sih aku cuma ketawa, rasanya kocak aja dan gak percaya.
Tapi lama-lama, idenya unik juga.
that's amaze!

Mungkin untuk sebagian orang, lelaki yang mencipta lagu untuk kekasihnya, itu udah bukan hal yang menakjubkan, (meskipun gak pernah dipungkiri hal kayak gitu selalu ampuh bikin hati wanitanya lumer, :) ).
Tapi untuk seorang wanita, yang (apalagi) gak hidup dilingkungan musik,, bukankah ini langka?
(yaaaa...atau mungkin aku aja yang berlebihan, tapi swear.....aku belum pernah nemu temen yang kayak gini :)

Temen sebelah kamarku,,
masih saja terus bernyanyi, 
untuk sang pelangi,
dengan penuh penghayatan, 
sepenuh cintanya...

 "...you, put a smile in my face,
you, give color in my life........"
 

trus dia teriak kenceng, " ayo semuanyaaaaaaa.....!"

kami yang di dalam kamar kompak,, 
" you are my rainbow,
you are my rainbow,
you are my rainbow..."
dan kamipun terbahak bersama... :D